Skip to main content

#26 Musuh terbesarku adalah pikiranku

Saya tumbuh sama seperti teman sebayaku lainnya, hanya saja sejak kecil saya sudah terbiasa dengan menjadi pendengar, tidak ingin terlalu dominan apalagi terlalu menonjol, karna bagiku biasa-biasa saja zona nyamanku, lambat laun kebiasaan itu membentuk karakterku sampai dewasa, saya menjadi pendengar yang baik walupun terkadang saya juga sering banyak cerita kepada orang-orang terdekatku, ya saya hanya bercerita dengan orang terdekatku oleh karenanya seringkali saya dianggap terlalu pendiam oleh orang lain selain teman dekat, beberapa kali saya sering bercerita atau sekedar bertukar pikiran tentang masalah yang sering saya hadapi, saya pikir saya kurang baca buku sehingga seringkali saya merasa tidak cukup percaya diri dan yakin untuk menghadapi sesuatu seperti bicara didepan orang ramai atau bicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang saya hormati atau sekedar analisa suatu permasalahan sehingga terlihat dangkal, tapi seorang teman berpendapat kalau masalah saya bukan kurang baca, tapi karena kurang mental, 

s : kurang mental bagaimana?

t : iya karena tidak percaya akan diri sendiri, 

s : bagaimana jika ternyata memang salah, bukankah akan terlihat sangat konyol,

t : iya itu tadi harus dianalisa gunakan nalar hukummu atau letakan konsep-konsep hukum dalam suatu permasalahan, membaca memang penting tapi nalar, analisa dan mental itu yang harus segera diperbaiki, dan yang lebih penting dari ketiganya adalah mentalmu, 

jauh sebelum saat ini saya juga pernah bertanya kepada teman yang saya lihat dia memiliki mental yang luar biasa di depan orang ramai, dia seorang ketua dalam suatu organisasi mahasiswa pada masa itu, dia terkenal ramah, supel dan berani,

s : bagaimana bisa bicara didepan orang ramai tanpa gugup, 

w : gugup itu alami, tapi lama-kelamaan akan terbiasa dan akan terasa akrab,

s : bagaimana bisa, kalau saya diposisi kamu pasti sudah gelagapan, 

w : oh kalau yang sering saya lakukan harus terbiasa bicara dengan orang lain atau orang baru atau bahkan dengan orang yang tidak disenangi, lama kelamaan kamu akan terbiasa, 

entah metode apa yang paling ampuh untuk mengatasi rasa gugup atau istilah seorang teman kurang mental, yang pastinya saya harus tetap berproses, mengurangi rasa khawatir akan hal-hal yang belum tentu terjadi kedepannya dan mencoba untuk membuka pembicaraan dengan orang baru walau sekedar basa basi sebelum bicara lebih lanjut.

Comments

Popular posts from this blog

#18 Keseimbangan

Dunia ini, begitu keras bagi si miskin, begitu mudah bagi si kaya, begitu banyak perjuangan bagi si biasa, begitu santai bagi yang berpunya, begitu pahit bagi si jelata, begitu nikmat bagi si penguasa. Dunia ini, begitu sepi bagi si penyelendiri, padahal sudah begitu ramai dinampak mata, begitu ramai bagi si pemikir, sehingga diupayakan tindakan meminimalisir. tidak ada yang buruk dari bertolak belakang antara keduanya, karna itulah disebut keseimbangan, yang terbaik dari kedua kondisi tersebut selalu  saja bagi mereka yang sadar jika semua itu hanya sementara, karena mereka menyadari hakikat sebagai manusia.